Selasa, 19 Juni 2012

7 Unsur Kebudayaan


Menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:

1. Sistem religi yang meliputi: sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan,  dan upacara keagamaan.
2. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi: kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan.
3. Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang: flora dan fauna, waktu, ruang dan bilangan, tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia.
4. Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk: lisan dan tulisan.
5. Kesenian yang meliputi: seni patung/pahat, relief, lukis dan gambar, rias, vocal, music, bangunan, kesusastraan, dan drama.
6. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi: berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan perdagangan.
7. Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi: produksi, distribusi, transportasi, peralatan
komunikasi, peralatan konsumsi dalam bentuk wadah, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung 
dan perumahan, dan senjata.


Tujuh Unsur Budaya dan Hubungannya dengan Tiga Wujudnya:

1. Bahasa
Gagasan: Membudayakan kembali bahasa Jawa/ bahasa Krama di masyarakat Jawa.
Implementasi: 
a. Penghilangan stigma bahwa bahasa Jawa/ bahasa Krama adalah bahasa orang desa atau masyarakat rendahan.
b. Mempraktekan bahasa Krama dengan 3 M, yaitu: mulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal kecil, dan mulai saat ini juga.
c. Penanaman sejak dini pentingnya bahasa Jawa/ bahasa Krama pada anak.
d. Pemahaman pada siswa tentang pentingnya bahasa Krama ke orang tua maupun ke orang lain yang lebih tua sebagai bentuk sopan santun dan tepa slira.
e. Pengadaan lomba yang bernuansa bahasa Jawa/ bahasa Krama yang diadakan di sekolah dan kesepakatan adanya hari tertentu khusus untuk berbahasa Jawa/ bahasa Krama.
f. Dialog antara guru dan orang tua siswa pada kesempatan-kesempatan tertentu untuk membahas kerja sama dan komitmen dalam pembiasaan bahasa Krama pada keluarga.
Hasil: 
a. Masyarakat Jawa terbiasa berbahasa Jawa/ bahasa Krama di keluarga, yang lambat laun akan melestarikan budaya berbahasa krama.
b. Hilangnya stigma buruk masyarakat terhadap bahasa Jawa/ bahasa Krama.
c. Bahasa Jawa/ bahasa Krama sulit untuk punah karena banyak orang yang melestarikannya.
d. Masuknya bahasa Jawa/ bahasa Krama sebagi salah satu mata pelajaran maupun ekstrakulikuler menyebabkan banyaknya anak yang semakin mengenal dan mempelajari bahasa ini. Tentu dikemudian hari jika nilai-nilai moral yang terkandung di dalam bahasa ini benar-benar dihayati dan dilaksanakan, terwujudlah masyarakat Jawa yang nJawani dan jati diri masyarakat Jawa akan diakui dan dihargai moleh Indonesia maupun mancanegara.


2. Sistem Pengetahuan
Gagasan: Mengaktifkan penelitian di kalangan mahasiswa.
Implementasi:
a. Menumbuhkan nuansa berpikir kritis di kelas, lingkungan kampus dan meluas ke berbagai aspek kehidupan, sehingga mahasiswa tidak terbiasa menerima apa yang disampaikan orang lain secara mentah-mentah, namun dikaji dulu dari berbagai aspek.
b. Mengoptimalkan alat bantu penelitian yang selalu dibutuhkan, yaitu 1) bahasa, 2) statistik, 3) logika dan 4) perpustakaan.
c.  Memaksimalkan kinerja UKM penelitian yang ada di faku;ltas maupun tingkat universitas untuk memotivasi mahasiswa dalam mengikuti event penelitian yang ada seperti PKM. Pelatihan-pelatihan juga harus di maksimalkan oleh UKM ini.


Hasil:
a. Mahasiswa tidak diragukan lagi intelektualitasnya dengan mengembangkan budaya berpikir kritis, pemikiran mahasiswa tentang sesuatupun akan lebih berkembang daripada ketika ia menerima sesuatu tanpa dikaji dulu.
b. Tercipta penemuan-penemuan baru atau inovasi yang tentunya berguna bagi kehidupan masyarakat luas hasil dari kretifitas penelitian mahasiswa.
c. Kegiatan UKM menajdi wadah pembimbing serta penuntun bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian, disamping hal menyangkut penelitian, UKM pastinya kan menjadi ruang-ruang diskusi sehingga banyak pemikiran-pemikiran baru yang dihasilkan.


3. Organisasi Sosial
Gagasan: Memaksimalkan kinerja PKBI DIY yang dinaungi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) melalui PIK-KRR.
Implementasi: 
a. Memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi pada remaja dari berbagai kalangan, seperti: anak gelandangan, siswa sekolah, mahasiswa, santri pondok pesantren, kader pramuka, dan para orang tua.
b. Materi yang disampaikan dapat berupa remaja dan seksualitas meliputi pengeryian seksualitas, organ reproduksi, pubertas, mimpi basah, menstruasi, dan hal-hal lain seputar seksualitas. 
c. HIV/ AIDS meliputi informasi umum tentang HIV/ AIDS, tahap perubahan HIV menjadi AIDS, penularan, Napza-HIV/AIDS-Seksualitas, pencegahan, bagaimana mengetahui, pengobatan, stigma dan diskriminasi penderita HIV/AIDS. 
d. NAPZA meliputi Pengertian napza, jenis napza, penyalahgunaan napza, dan napza-hiv/aids-seksualitas, dan keterampilan sosial yang bermanfaat.
Hasil: 
a. Remaja dapat memahami perubahan fisik yang terjadi, memahami alat, sistem dan proses reproduksi, menyadari perlunya kesiapan diri untuk melakukan reproduksi, memahami proses kehamilan, dan memahami mengapa remaja perlu menerapkan perilaku seksual yang bertanggung jawab.
b. Remaja dapat memahami tentang seluk beluk NAPZA, memahami tentang akibat penyalahgunaan NAPZA, dan mengenali cara-cara menjauhkan diri dari penyalahgunaan NAPZA.
c. Remaja dapat memahami seluk beluk HIV/AIDS dan memahami cara pencegahan penularan HIV/AIDS.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Wacana: Pengetahuan TI yang disalahgunakan untuk tindakan kejahatan dunia maya seperti cracker, pencurian ATM, penyebaran virus, tindak penipuan, dsb.
Gagasan: Pendidikan TI berbasis nilai sosial guna kemaslahatan umum.
Implementasi: 
a. Pendidikan TI di bangku sekolah serta pemahamannya tentang pemanfaatan TI yang tepat tanpa merugikan orang lain.
b. Pelatihan sadar TI untuk semua kalangan oleh Depkominfo dan masyarakat luas.
c. Pensosialisasian kewaspadaan TI, yaitu tips and trick tentang keamanan jaringan internet.
Hasil: 
a. Semua kalangan mampu mengoperasikan hal-hal yang menyangkut TI.
b. Semua kalangan menjadi sadar akan bahaya kejahatan dalam dunia maya sehingga mereka lebih nerhati-hati dalam mengunakan sumber daya yang ada di internet. 
c. Masyarakat tidak lagi memasukkan identitas yang begitu lengkap pada setiap situs, seperti menuliskan alamat lengkap dan nomor telepon/ HP untuk memperkecil resiko penyalahgunaan data dan penipuan. 

5. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Gagasan: Menjadikan limbah sampah menjadi kerajinan yang berdaya jual tinggi (trashion= trash fashion).
Implementasi: 
a. Penyadaran masyarakat akan bahaya sampah plastik yang tidak dapat diuraikan oleh alam, dan 
bahaya dari pembakaran sampah yang berpengaruh pada perubahan iklim akibat adanya kenaikan temperatur bumi atau yang lebih dikenal dengan istilah pemanasan global. Seperti yang telah kita ketahui, pemanasan global terjadi akibat adanya peningkatan gas-gas rumah kaca seperti uap air, karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitrooksida (N2O).
b. Penghapusan stigma buruk masyarakat akan sampah sebagi hal yang tidak mempunyai nilai guna dan estetika untuk dimanfaatkan lagi menjadi barang lain. Cap “sampah” pada barang kerajinan yang dihasilkan juga jarus dihilangkan, karena rata-rata orang masih menganggap sebuah sandal (hasil daur ulang) tetap sebagai sampah, sehingga ia segan untuk mengeluarkan biaya yang setara dengan harga sandal rata-rata untuk membeli sandal daur ulang tersebut.
c. Pendirian balai-balai pengembangan kerajinan sampah plastik agar semakin banyak orang yang mempunyai ketrampilan dalam membuat kerajinan ini guna menunjang penghasilan ekonomi mereka.

6. Sistem Religi
Gagasan: Mengimplementasikan kembali nilai-nilai Islam dalam lembaga agama FPI (Front Pembela Islam) agar terjadi kerukunan antar umat Islam dan masyarakat beragama lain di Indonesia.
Implementasi: 
a. Penafsiran dan penanaman nilai agama secara benar dan menyeluruh, dalam hal ini Islam kepada seluruh warga FPI.
b. Penanaman nilai-nilai tri kerukunan hidup pada setiap elemen FPI agar tidak terjadi tindakan anarkis di semua aksi turun ke jalan.
c. Perencanaan serta pengkondisian yang matang dalam setiap aksi FPI, agar resiko terjadinya kekerasan oleh oknum tertentu berkurang.
d. Komitmen oleh semua umat beragama di Indonesia untuk menjunjung tinggi persatuan antar umat, sehingga terjadi saling pengertian antara FPI maupun gologan lain dengan umat beragama di Indonesia.
Hasil: 
a. Tercipta citra FPI yang benar-benar menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman.
b. Adanya hubungan yang baik antara FPI dengan umat beragama lain dan juga pemerintah.
c. Aksi FPI untuk menyalurkan aspirasinya menjadi sarat dengan nilai-nilai Islam yang kedepannya menuai penghargaan dari masyarakat luas.

7. Kesenian
Gagasan: Menghidupkan kembali musik keroncong yang sudah lama tidak terdengar gaungnya.
Implementasi: 
a. Mengenalkan musik keroncong pada siswa sejak usia sekolah dasar.
b. Melatih anak usia remaja untuk menguasai teknik-teknik yang ada dalam musik keroncong.
c. Memberikan kesempatan kepada generasi muda untuk berkarya melalui musik keroncong.
d. Menyemarakkan kembali acara yang memuat musik keroncong baik mealalui televisi, radio, internet maupun media lainnya.
e. Mengadakan pembinaan musik keroncong di sekolah, dapat disisipkan dalam mata pelajaran kesenian maupun suatu kegiatan ekstrakulikuler tersendiri.
f. Mengadakan event-event perlombaan musik keroncong yang terbuka bagi semua kalangan dan semua kelompok umur.
g. Modifikasi pada musik keroncong, seperti adanya aliran keroncong pop, keroncong rock, atau keroncong dangdut.
Hasil: 
a. Musik keroncong kembali diakui kebradaannya dan seniman-seniman keroncong dapat mengembangkan potensinya dalam berkreasi.
b. Gaung musik keroncong akan sampai ke seluruh Indonesia maupun luar negeri tidak kalah dengan gamelan maupun jenis musik-musik lain. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar